Hai, setelah sekian lama tidak menulis dan mengurus blog pribadi saya, akhirnya saya akan mengunduh beberapa tulisan saya. Kumpulan tulisan ini bercerita tentang “Pembiasaan” dari beberapa hal yang saya alami, terutama putus cinta, hehe. Ya, inilah tempat saya berkeluh kesah sedari dulu. Kisah akan dimulai terlebih dahulu dengan sedikit cerita fiksi, tapi terdapat makna tersirat didalam cerita dibawah ini yang berjudul “Pemancing dan Ikan Unik”. Bagi kalian yang penasaran, selamat membaca!
Alkisah hiduplah seorang pemuda bernama Wahyudi Indigo Sasmita Nurul Usman atau kita panggil saja Digo. Digo tinggal disebuah rumah sederhanan, ia tinggal bersama saudaranya dan jauh dari kedua orang tuanya. Digo memiliki hobi yang hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai kesabaran lebih yaitu memancing, hobi yang cukup unik bukan? Tak semudah yang dibayangkan loh, hehe..
Pada suatu hari, Digo ingin pergi melakukan hobinya memancing namun ia pergi ke tempat yang lumayan jauh dari tempat ia tinggal saat ini. Sesaat sebelum berangkat Digo menelpon kedua Ibunya untuk berpamitan sekaligus meminta restu agar mendapat banyak hasil pancingan hari itu.
“Bu, Digo berangkat memancing yah. Doakan anakmu ini agar mendapatkan hasil yang memuaskan.” Ucap Digo ketika menelpon.
Disebrang sana sang Ibu pun menjawab permintaan sang anak, “iya nak, semoga kamu mendapatkan hasil tangkapan yang kamu inginkan.”
Kemudian disaat telpon terputus pun akhirnya Digo berangkat dengan penuh keyakinan pada dirinya.
Setelah beberapa jam perjalanan untuk menuju lokasi yang diinginkan, namun ditengah perjalanan ia melihat dari kejauhan ada seseorang pemancing sedang asik di pinggir kolam sambil memberi ikan, ikan itu cukup unik. Hal unik yang terdapat pada ikan tersebut ialah ikan tersebut berwarna terang serta dihiasi corak yang sangat cantik bahkan terlihat dari kejauhan. Karena penasaran Digo pun memperhatikan gerak-gerik pemancing tersebut.
Setelah cukup lama memperhatikan, akhirnya Digo memutuskan akan melakukan hobinya tersebut pada lokasi tersebut. Ia pun mencari pengelola kolam pemancingan, dan akhirnya bertemu dengan Ibu pengelola kolam pemancingan.
‘Selamat datang di kolam Pemancingan Unik Bisa Gratis.” Ucap sang Ibu.
“Loh kok bisa gratis bu?”, tanya Digo.
” Iya gratis, tapi dengan 1 syarat”, balas Ibu tersebut.
“Syaratnya apa yah bu? Kalau boleh tau”, tanya Digo semakin penasaran.
“Mudah kok, ada 1 ikan yang sulit ditangkap, ikan tersebut memiliki warna yang cerah dan corak yang cantik. Kamu hanya memiliki waktu 1 bulan untuk mendapatkannya. Jika lebih maka wajib membayar biaya yang sangat mahal”, tambah Ibu pengelola.
“Cukup menantang yah bu syaratnya, baik saya akan mencobanya”, jawab Digo penuh percaya diri.
Hari pertama
Digo memulai tantangan memancing dengan umpan sederhana, berharap dengan umpan yang sederhana itu bisa langsung mendapatkan buruannya. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam pun telah berlalu tetapi nampaknya Ikan tersebut tak kunjung terlihat.
Posisi yang ditempati Digo padahal tepat bersebrangan dengan si Pemancing yang berhasil mendapatkan perhatian Ikan tersebut. Nampaknya Ikan enggan menyentuh umpan yang Digo berikan.
Setelah penantian waktu yang sangat lama, akhirnya ada satu moment Ikan tersebut muncul didekat umpan Digo, namun tampaknya hanya sekedar meledek Digo.
“Halah, umpan seperti ini mah sudah biasa”, pikir Digo terhadap perilaku si Ikan. Akhirnya, hari pertama pun Digo lewati dengan tangan kosong.
Hari selanjutnya
Digo masih penasaran dengan Ikan tersebut, dan memutuskan untuk mengganti umpan yang lebih menggoda untuk Ikan, lebih kaya akan nutrisi dan tentunya 4 sehat 5 bergizi.
“Ini sih umpan udah kaya akan nutrisi, kalau ga muncul juga sih aneh juga itu Ikan”, gumam Digo dalam hati.
Akhirnya benar saja, setelah beberapa percobaan Ikan tersebut mulai aktif dan cukup sering mampir ke tempat Digo menaruh umpan walaupun hanya sekedar mencicipi umpan tersebut sedikit demi sedikit.
“Ya, akhirnya aku mulai mendapat perhatian dari Ikan unik ini”, ungkap Digo.
Menuju hari ke 14
Ikan tersebut pun makin sering mampir ke umpan Digo berikan, kali ini bukan saja hanya untuk mencicipi tapi sudah menghabiskan dan hanya menyisakan kail pancing saja. Disisi lain, Ikan tersebut juga masih sering ke Pemancing awal tetapi layaknya bermain petak umpat. Ikan tersebut berenang kedalam air hanya untuk menyebrang agar Pemancing pertama tidak curiga bahwa ia sudah menemukan umpan yang tak kalah lezat dari yang biasa ia makan.
Hari demi hari pun dilewati, Digo mulai akrab dengan si Ikan unik tersebut dan langsung teringat dengan sang Ibunda,
“Ah iya, mungkin ini yang dinamakan rejeki yang diberikan Tuhan kepadaku, karna aku meminta restu pada Ibuku”, katanya.
Digo yang tengah asik memberi makanan pada Ikan tersebut berniat ingin memberinya nama Restu Ibu Rindu Ibu. Haha terdengar aneh, tapi kita sebut saja nama ikan tersebut Rindu.
Akhirnya banyak waktu yang dilewati Rindu dan Digo bersama, mungkin Rindu hanya seekor Ikan tetapi nampaknya dia mengerti apa yang dikatakan dan dipikirkan oleh Digo, dan sebaliknya Digo pun nampaknya mulai memahami apa yang sangat dibutuhkan oleh Rindu selama ini, umpan seperti apa, makanan seperti apa, dan nutrisi yang tepat untuk Rindu. Bahkan, Rindu pun cenderung lebih sering memakan umpan Digo daripada Pemancing pertama.
Setelah banyak kebersamaan dalam hal waktu, Digo berhasil membuktikan bahwa dia adalah pemenang dalam tantangan tersebut, dan ia berhak mendapatkan Ikan tersebut. Namun, Digo tetap membiarkan Rindu tetap pada tempat asalnya dan tak pernah berpikir untuk membawa pulang atau bahkan memindahkan dia dari tempat asalnya. Baginya, asalkan Rindu nyaman dan senang dengan itu semua, sudah cukup bagi Digo untuk senang. Setidaknya, Digo telah berhasil membuktikan bahwa perjuangan yang dia lakukan tak pernah sia-sia. Berawal dari bukan apa – apa menjadi sesuatu yang berharga untuk dirinya.
Hari pun terus berlalu, mereka melewatinya dengan penuh kebahagiaan, Digo yang makin lama makin memahami segala hal tentang perilaku dan kebiasaan Rindu setiap hari. Bahkan, Digo rela melawan kantuknya di setiap malam hanya untuk makin memahami perasaan Rindu. Layaknya hewan lain, naluri untuk hidup bebas masih ia miliki, Rindu sangat senang berenang kesana kemari tapi tak lupa ia pun sering berinteraksi dengan Digo walaupun hanya berenang di sekitarnya.
Pada suatu malam, diterangi dengan cahaya rembulan yang tampak membulat sempurna di kegelapan malam, Digo mencoba berinteraksi dengan Rindu. Ia hanya ingin mengatakan sesuatu yang bagi dirinya cukup penting untuk dikatakan, tak peduli ia dapat mendengar atau tidak, tetapi setidaknya Rindu paham apa yang dimaksudkan oleh Digo.
“Ada pertemuan pasti ada juga namanya perpisahan”, Digo memulai bicaranya.
” Apabila semua ini ada akhirnya, yuk kita nikmatin waktu yang tersisa sebaik mungkin”, tambah Digo seraya mengakhiri pembicaraanya.
Akhirnya, benar saja yang dikatakan Digo, setelah 3-4 bulan kebersamaan bersama Rindu. Dia harus melepas dan meninggalkan Rindu, karna ada sesuatu yang harus Digo lakukan di tempat asalnya. Namun, melepaskan dan meninggalkan Rindu bukan hal yang mudah untuk dia lakukan, bahkan sampai 5 bulan berpisah dengan Rindu, ia masih saja mengingat dengan jelas setiap hal yang mereka lakukan bersama-sama dahulu. Kemudian, Digo mendengar banyak kabar tentang banyaknya pemancing lain yang berusaha mendapatkan Rindu, ntah berapa banyak yang berusaha, dalam doanya Digo selalu berharap agar Rindu slalu baik-baik disana.