Anis Langgeng

  Masih bertema dengan “Pembiasaan”, inilah karya tulisan fiksi saya yang kedua berjudul Anis Langgeng, bercerita tentang sebuah kepergian yang entah berakhir dengan kepergian yang hanya untuk sementara atau selamanya. Selamat membaca 🙂

Tulisan ini berkaitan dengan sebuah perpisahan, yang mungkin bisa dikatakan perpisahan untuk sementara atau bahkan selamanya. Menceritakan sebuah hubungan yang mungkin sulit untuk bersatu dalam waktu yang cukup lama, atau juga takkan pernah bisa.
  Kepergian layaknya melakukan perjalanan yang tak tau tempat tujuan yang akan dicapai, cukup berjalan dan terus berjalan walaupun sesekali bahkan sering kali menoleh kebelakang untuk memastikan apa sudah terlalu jauh melangkah atau hanya berjalan di tempat yang sama. Selama perjalanan pun selalu terbesit dalam benak, apakah ini keputusan tepat? Atau hanya keputusan yang secara sepihak aku paksakan?
  Pergi, pergi, dan pergi. Mungkin hanya kata itu yang mungkin sedari dulu kita berkenalan pun sudah sering terucap dari mulutmu, bukankah kau pula yang mengatakan pertama kali ketika kamu meminta aku untuk menjauh darimu, bukan? Bukankah kemudian,  kamu pula yang meminta aku kembali? Semudah itukah perasaan ku untuk kau mainkan? Sudahlah, tak apa, biarlah semua itu berlalu. Lagi pula aku pun pernah melakukannnya sekali untuk mu, ternyata harapan dan sesuai dengan ekspektasi.
  Pada awalnya aku berniat melalukan itu sebagai suatu balas dendam agar kau merasakan hal yang sama seperti aku rasakan dahulu, ketika kamu melakukan hal itu kepadaku. Nyatanya, dirimu tak pernah bisa merasakan itu atau bahkan dirimu kurang terlalu peka untuk merasakan kehilangan tersebut. Memang salahku sedari awal, kenapa bisa aku menetapkan hati padamu? Kenapa bisa dengan mudahnya aku tertarik padamu? Bahkan sedari awal ketika aku mendengar suaramu pertama kali.
  Menyesal? Takkan pernah, aku bersyukur bisa mengenalmu cukup baik, walaupun akhirnya kita harus saling pergi atau bisa jadi akupun yang harus pergi dengan membawa semua yang telah kumulai diawal. Sekantung perasaan, segenggam rindu, setetes air mata, dan setitik tanda cinta didalam dada, harus kubawa semuanya seorang diri.
  Kini, kurasa keberadaan kita berdua sudah cukup jauh terutama dirimu sudah tak terlihat dipelupuk mataku, kau memulainya sedari awal tuk melangkah. Aku? Sedari dulu mencari celah untuk menarikmu perlahan untuk bertahan. Nyatanya, terlalu banyak godaan diluar sana yang membuat akupun tak kuat menahan semua itu, kesempatan yang terbuka pun lambat laun tertutup secara perlahan. Bukan aku yang menutup, tapi kau yang memutuskan menutup semua itu.

Anis, berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti pergi.
Langgeng, berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti abadi.

Anis Langgeng, berarti Kepergian yang abadi.
 

Satu respons untuk “Anis Langgeng”

Tinggalkan komentar