Angan Ditengah Lautan

Tinggal beberapa hari saja untuk genap sebulan dari komitmen kita di akhir bulan lalu untuk berhenti sejenak dari hirup pikuk hubungan yang terkesan toxic. Namun, sampai saat ini pun, aku masih bingung untuk berkata sepatah kata pun. Aku masih dipenuhi rasa takut, bingung, serta khawatir apabila hal yang nanti aku sampaikan malah membuatmu semakin jauh. Jujur, aku tak sanggup.

Jarak yang terbentang hampir sebulan ini saja sudah membuat nurani dalam diriku risau tak karuan. Bagaimana dalam waktu setahun layaknya dirimu melakukan itu. Aku terlanjur kagum dengan kuatnya hatimu dalam menghadapi badai kala itu sendirian. Ah salah, kau tak sendiri, ada peranku disitu. Walaupun pada awalnya hanya sebagian dari diri ini, namun pada akhirnya segenap hatiku t’lah kembali. Sayangnya, disaat itu pun kau t’lah beranjak pergi.

Aku tak sedang membanggakan atau membandingan diriku dengan dirimu. Tapi, itulah kenyataannya. Aku belum sempat berdiri, namun kau sudah berlari. Sadar dengan jelas, perihku tak sebanding dengan perihku, pahitku tak sebanding dengan pahitmu.

Kamu sangat paham betapa lemahnya diriku di hadapanmu, hanya membesarkan egoku sendiri agar tetap terlihat kuat didepanmu.

Saat ini, aku sedang mencari titik keikhlasan, untuk persiapan apabila anganku tak sesuai dengan kenyataan.

Dulu, kita berada dalam sebuah kapal yang sama, dengan satu tujuan yaitu kebahagiaan, namun aku malah singgah terlebih dahulu pada pengkhianatan, dan kau menunggu di pulau yang kau sebut kesetiaan. Akhirnya, kau malah pergi sendirian terlebih dahulu, dan kini aku yang sibuk mengejar dan menggapaiku dari belakang.

Egois sekali diriku terus berteriak memanggilmu untuk berhenti menunggu kedatangan ku. Sampai pada akhirnya tersadar, aku harus mendayung lebih keras agar bisa menyusul dirimu dan berlayar beriringan dengan dirimu kembali menuju tujuan awal kita, yaitu Pulau Kebahagiaan.

Jakarta, 25 Juni 2021

Satu respons untuk “Angan Ditengah Lautan

Tinggalkan komentar