Kembali Pergi? atau Pergi Kembali?

Teruntuk kamu yang telah kukenal sejak Februari 2016, tulisan ini sebagai salah salah satu ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan kepadaku yaitu, mengenal dirimu.

Kita berdua sedang berada dipersimpangan jalan, setelah melewati berbagai kisah yang mebawa gelak tawa, sedih, haru dan macam rasa lainnya. Saling belajar arti perpisahan yang terjadi untuk kesekian kalinya.

Bagiku? Semua ini tamparan keras yang makin menyadarkan artinya sosok peran pentingmu dalam setiap kehidupanku yang terlalu penuh dengan keegoisan.
Bagimu? Semua ini mungkin langkah awal untuk menikmati kebebasan dalam bertemu orang-orang baru yang bisa membuatmu lebih tersenyum dibandingkan bersamaku.

Apakah aku masih terlintas dalam benakmu?, meskipun hanya selintas saja.
Atau, sudah bagai angin yang berhembus yang menerpa pepohonan dan membuat setiap daunnya berjatuhan serta berserakan begitu saja di tanah?

Celakanya aku, setiap hari disibukan untuk terus mengenang setiap peristiwa yang cukup membuatku senyum bahkan sampai terkadang membuat mata ini basah tanpa sebab. Rindu atau Candu? Keduanya makin samar untuk dibedakan.

Wahai engkau wanita yang kukenal sejak 7 tahun lalu, izinkan aku selalu berdoa untukmu disetiap harinya agar dipersatukan kembali di waktu dan kesempatan yang tepat. Bukan sebagai undangan tamu terhormat, melainkan pasangan yang tepat. Itu doaku.

Sekarang, mungkin bukan peran untuk diriku membuatmu tersenyum setiap harinya. Tetapi, izinkan aku berterima kasih kepada orang-orang tersebut yang telah menggantikan peranku saat aku tak ada. Kubiarkan kamu untuk bahagia dengan caramu sendiri, tak apa bila kamu bangun tembok tinggi untuk menghalangin kehadiranku untuk saat ini. Apabila, waktu telah tiba dan Tuhan menyertai, biarkan tembok itu runtuh dengan sendirinya.

Seperti pesanmu kepadaku, untuk selesaikan semua urusanku saat ini. Kuharap, hati dan perasaanmu masih tersimpan rapih untukku nanti saat kembali.

Kembali pergi?, atau Pergi kembali? Biarkan semesta dan sang pencipta yang membuatkan jalannya. Kita hanyalah sepasang hambanya yang sedang dipisahkan oleh waktu dan saling memanjatkan harapan untuk setiap kebaikan, kuharap engkau pun demikian.

Inilah pesanku, dari lelaki yang bersamamu sejak pertemuan pertama 23 Februari 2016 di Purwokerto, Jawa Tengah.

Tinggalkan komentar